Literature Review: Perbandingan kualitas pewarnaan histologis Jaringan Hepar Tikus (Rattus norvegicus) menggunakan fiksasi formalin metode Intravital dan Konvensional
Keywords:
Metode intravital, metode konvensional, hepar, FormalinAbstract
Kualitas pewarnaan preparat histologis dipengaruhi oleh proses fiksasi. Metode fiksasi yang digunakan adalah metode intravital dan konvensional. Penelitian ini bertujuan membandingkan kualitas pewarnaan preparat jaringan hepar menggunakan fiksasi metode intravital dan metode konvensional. Penelitian ini menggunakan metode Literature Review yang bersumber pada artikel dalam database Pubmed, Neliti dan Goggle Scholar. Hasil didapatkan pada penelitian Suprianto(2014) sitoplasma dan inti sel dengan metode intravital lebih adekuat, pada penelitian Heru (2015) sitoplasma dan inti sel dengan metode intravital lebih adekuat, pada penelitian Alwi (2016) potongan organ yang difiksasi pada minggu kedua terlihat perubahan yang signifikan untuk masing-masing potongan organ. Tekstur potongan organ mengalami pengerasan setelah diberikan cairan fiksatif. Semakin lama waktu fiksasi, semakin keras potongan organ tersebut, pada penelitian Winny Yohana (2017)hasil penelitian dan studi kepustakaan ternyata baik cairan bouinmaupun formalin dapat digunakan sebagai cairan fiksasi yang menghasikan detil sel yang baik, pada penelitian putri Junita (2015) fiksasi metode intravital dengan hasil yang baik dengan gambaran organ yang dapat diidentifikasi dan gambaran jaringan yang jelas. Kesimpulan penelitian menunjukkan pada metode intravital lebih adekuat dibandingkan metode konvensional`
References
Ariyadi, T., & Suryono, H. (2017). Kualitas Sediaan Jaringan Kulit Metode Microwave Dan Conventional Histoprocessing Pewarnaan Hematoxylin Eosin. Jurnal Labora Medika Vol, 1(1), 7-11.
Gage, G. J., Kipke, D. R., & Shain, W. (2012). Whole animal perfusion fixation for rodents. Journal of visualized experiments: JoVE, (65), 3564.
Ganjali, H., & Ganjali, M. (2013). Fixation in tissue processing. Intl J Farm & Alli Sci, 2, 686-689.
Gao, B., Jeong, W. I., & Tian, Z. (2007). Liver: an organ with predominant innate immunity. Hepatology, 47(2), 729-736.
Hayat, M. A. (2002). Microscopy, immunohistochemistry, and antigen retrieval methods: for light and electron microscopy. Springer Science & Business Media.
Howat, W. J., & Wilson, B. A. (2014). Tissue fixation and the effect of molecular fixatives on downstream staining procedures. Methods, 70(1), 12-19.
Jusuf, A. A. (2009). Histoteknik dasar. Bagian Histologi Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Jusuf, A. A. (2009).Teknik histologi. Bagian Histologi Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kılıçoğlu, S., & Erdemli, E. (2011). Comparing the different fixatives for examination of liver tissue ultrastructure. Journal of Ankara University Faculty of Medicine, 64(2).
Markus, A. R., & Sarina, M. (2014). Histopathology in Hematoxylin & Eosin stained muscle sections (MDC1A_M. 1.2. 004). Treat-NMD, Neuromuscular Network, 1-9.
Qidwai, K., Afkhami, M., & Day, C. E. (2014). The pathologist’s guide to fixatives. Histopathology: methods and protocols, 21-30.
Das Sarma, J. D. S. S., Chatterjee, K., Dalui, T., & Ghosh, S. (2013). Tissue specific optimization of Haematoxylin and eosin stain: an experiment accomplished by varying the period of fixation and duration of stain. Online Journal of Biosciences and Informatics, 4, 64-81.
Suprianto, A. (2014). Perbandingan Efek Fiksasi Formalin Metode Intravital Dengan Metode Konvensional Pada Kualitas Gambaran Histologis Hepar Tikus (Doctoral dissertation, Tanjungpura University).
Tripathi, M., Bansal, R., Gupta, M., & Bharat, V. (2013). Comparison of routine fixation of tissues with rapid tissue fixation. Journal of Clinical and Diagnostic Research: JCDR, 7(12), 2768.
Zulham, A., Saptanto, S., Rahmawati, R. E., Lindawati, L., & Fauzi, T. (2009). Penuntun praktikum histoteknik biomedik. Departemen histologi fakultas kedokteran universitas sumatra utara, 1-25.